KJI - LIVE IN NGLUTUNG!
learning how to grow and bloom
7/7/2023 0 Comments "Maturnuwun!"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Alhamdulillah dengan seizin Allah Subhanahu Wa Ta'ala.. kegiatan LIVE IN bisa tuntas dengan lancar dan memberikan banyak hikmah dan pelajaran kepada para peserta, sejujurnya saya belum sepenuhnya bisa move on dari kegiatan ini, saya merasa LIVE IN adalah sebuah lembaran baru dalam hidup saya dan terpisah dari kehidupan saya sebelumnya, seperti memulai petualangan dari garis awal dan merasakan berbagai keseruan.. suka dan duka.. banyak cerita dari berbagai mulut.. pertemanan.. juga pengalaman-pengalaman baru.. Tentu setiap pertemuan, pasti ada saatnya kita akan berpisah Saya akan mengenang perjalanan saya selama LIVE IN ini dari awal sampai akhir, meski Desa Nglutung sekarang jauh dari keadaan dan tempat tinggal saya kini, tetapi saya merasa tetap dekat dan terhubung di hati. Saya sangat bersyukur telah mengikuti kegiatan ini Saya yang awalnya cemas akan berbagai hal, banyak memikirkan kemungkinan buruk.. dan dengan bedanya domisili para peserta membuat kita harus menjalankan kegiatan secara online, yang mungkin tidak semaksimal kegiatan offline, tetapi dengan pertolongan Allah LIVE IN berjalan dengan sangat baik dan menurut saya ini merupakan kegiatan yang sangat memorable. semua pengalaman.. baik maupun buruk telah Allah takdirkan kepada masing-masing anak, tinggal bagaimana cara kami menanggapi dan melalui takdir tersebut.. dan Alhamdulillah kami bisa melewati setiap tantangan dengan lancar. Saya merasa terharu dengan segala kebaikan para orang-orang yang telah membantu saya dan berada di samping saya. Maka dari itu.. Saya ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.. kepada fasilitator dan panitia acara yaitu Bu DK Wardhani dan Tante Angga, atas pengarahan dan panduannya.. Kepada Tante Elok dan Om Lilik beserta sanak saudara.. yang sudah bersedia menjadi orang tua asuh dan menerima dan menyambut kami selama 6 hari di rumah beliau, sudah mendampingi kegiatan ini hampir 24 jam setiap harinya.. tak lelahnya memberikan banyak perhatian kepada setiap anak.. Kepada Tante Iing yang sudah menemani tim akhwat selama merencanakan dan mendiskusikan rundown kegiatan di Desa Nglutung.. Kepada orang tua peserta yang lain-lain, Bunda Adis, Bunda Windi, Bunda Risa, Bunda Eka, Bunda Lala, Bunda Lya, Pakdhe Ario, Pak Rendy dan Pak Iman.. atas materi sebelum berangkat Live In, Kepada kedua orang tua saya, Bapak Ario dan Ibu DK Wardhani yang sangat suportif, selalu menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik untuk saya.. Kepada kakak-kakak pendamping.. Kak Dinda, Kak Yuni, Mas Gavin, Mas Redy dan Mas Hendri yang mendokumentasikan kegiatan, mengantar kami dan menyertai kami ke rumah mbah-mbah dan secara spesial.. kepada ke-11 teman saya, Tim akwat Dzikri, Taqiyya, Keya, Aqila, dan Tim Ikhwan Azzam, Ismail, Hamzi, Radit, Farras, Syams dan Bintang.. yang menjelajah bersama saya dan menceriakan suasana dalam berbagai situasi.. Saya harap di kemudian hari nanti, kami bisa mengadakan projek lagi, reunian, eksplorasi bareng-bareng, bertemu lagi, dan saling berbagi cerita.. Jazakallahu khairan katsira, sekali lagi saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. "Maturnuwun!" Malang, Juli - 2023 "Teruslah berjuang, bertumbuh, raih mimpimu!"
"Keep growing!"
0 Comments
7/5/2023 0 Comments Jurnal RefleksiAlhamdulillah..!
Aku bersyukur telah menuntaskan kegiatan LIVE IN DESA NGLUTUNG "menjelajah desa... berbagi bahagia" Yang kudapat saat Live In, adalah... 1. Peningkatan LIFE SKILL SOCIAL LIFE
SELF IMPROVEMENT
POINT OF VIEW
2. PENGALAMAN dan WAWASAN baru
3. MOMEN paling BERKESAN dan membuatku lebih bersyukur
4. IDEKU untuk Nglutung pasca LIVE IN - - 5. NEXT PROJECT, aku ingin berbuat sesuatu untuk sekitarku/orang lain - - 6. UANG SAKU akan kumanfaatkan utk kegiatan... (sosial/edukasi/...)
7/5/2023 0 Comments Hari 5-6 - Perpisahan1 Juli 2023 - Sabtu Hari ini hari terakhir kami berkegiatan di Desa Nglutung, cuaca belakangan ini selalu mendung, tidak ada tanda-tanda matahari akan muncul dalam waktu dekat. Aku mengunjungi rumah Mbah Sumi bersama Taqiyya dan Keya didampingi oleh Mbak Yuni, dengan kondisi gerimis di pagi hari dan jalanan becek, kami diantar dengan sepeda motor menuju lokasi tempat tinggal Mbah Sumi Rumah Mbah Sumi hanyalan sebuah blok kecil seukuran kamar kos dengan kamar mandi tanpa atap di sebelah rumahnya, rumah beliau tidak memiliki penerangan lentera maupun lampu, di siang hari saja sudah gelap sekali, apalagi nanti jika sore atau malam tiba. Di luar dugaan, ternyata Mbah Sumi bisa mengerti dan berbicara dengan bahasa Indonesia, sehingga kami terbantu dalam masalah komunikasi dan tidak terhalang language barrier, dan di luar dugaan (sekali lagi), Mbah Sumi tidak memiliki pekerjaan spesifik, beliau menghabiskan hari-harinya di rumah karena daerah kediaman beliau rata-rata jalannya curam dan dominan hutan di sekitarnya, beliau tidak mempunyai sawah atau ladang sayur ataupun buah, Sapi dan Kambing yang berada di dekat rumahnya juga bukan milik beliau melainkan sanak keluarganya. "Mbah sudah sarapan?" "Sudah.." "Lauknya apa mbah?" "Tahu goreng sama terong sambal.." Mbah Sumi memiliki beberapa ayam dan kucing, kandang ayam berada tepat di sebelah rumahnya, dan kucing-kucing di desa ini justru gemuk dan berbulu panjang yang mirip-mirip dengan kucing anggora, bukan kucing yang kurus dan berbulu kasar seperti di tempat tinggalku, jadi saat kami tiba, kami sempatkan diri untuk melihat lihat kondisi rumah Mbah Sumi dan bermain dengan 3 kucingnya yang gembul dan lucu-lucu, sekaligus bertanya-tanya kepada Mbah Sumi mengenai dirinya, kucingnya, kesehariannya dan sanak keluarganya (dalam bahasa indonesia karena Mbah Sumi bisa bahasa Indonesia) "Mbah ini nama kucingnya siapa saja..?" "Wes lali akuu.." Sayang sekali hari itu Mbah Sumi sedang menganggur, semua pekerjaan rumah dan memasak sudah diselesaikan sejak pagi tadi, jadi kami tidak bisa membantu apapun selain ngobrol dengan mbah dan bermain kucing. Rata-rata Mbah-mbah di Desa Nglutung tidak tinggal dengan pasangan atau anaknya, mereka hidup mandiri dan independen, biasanya anak dan cucu mereka pindah ke kota untuk meneruskan pendidikan atau bekerja di kota dengan harapan bisa memperoleh gaji yang lebih besar. Kalaupun tinggal bersama anak mereka, biasanya mereka membutuhkan perlakuan khusus, sehingga mbah-mbah yang sudah sepuh tetap mengurusi anaknya. Rumah-rumah di sekitar situ juga belum terkena jangkauan PLN maupun PDAM, jadi untuk keperluan penerangan biasanya hanyalah dalam salah satu ruangan di rumah mereka, dan mereka terbiasa menimba air dari sumur dalam jurigen untuk dibawa pulang, air yang tersedia di dalam jurigen juga terbatas, jadi untuk keperluan membersihkan diri dan pakaian, mereka akan pergi ke sungai untuk mencuci. 1 jam berlalu, kami menganggur cukup lama sebelum kemudian disuguhi jajan pasar oleh Mbah Sumi, kami juga diberi kacang tanahnya yang sudah dipanen untuk dibukakan kulitnya dan dikumpulkan kacangnya Kacangnya sangat banyak, 2 jam penuh bahkan masih tersisa sedikit kacang yang belum terbuka Untuk melewati waktu, aku pun mengobrol dengan Keya dan Taqiyya dan mengenal mereka lebih dalam, di luar hujan, jadi kami bekerja di dalam ruang tamu Mbah Sumi. Alhamdulillah kami dijemput lebih awal, sekitar jam 12 siang kami kemudian kembali ke rumah Tante Elok bersama teman-teman yang lain. 1 Juli 2023 - Petang hari.. Sore itu kami ada kegiatan fun games di TPQ Mushola Ngelo dalam rangka seru-seruan untuk memeriahkan suasana sore itu sebelum kami menyerahkan donasi kami dan menempelkan mading tim ikhwan ke dinding. Donasi-donasi ini kami kumpulkan bersama, setiap anak membawa donasi yang berbeda-beda, ada yang membawa baju, ada yang membawa pensil dan pulpen, stiker, buku tulis, Qur'an, gelang, kalung dan manik-manik, penghapus, dan masih banyak lagi Hadiah-hadiah kami bagi di paperbag yang dibawa Dzikri, aku membawa pencil case, krayon dan pensil warna sebagai hadiah. Kami menyiapkan doorprize ini mepet dengan hari H, yaitu tepat sehari sebelum acara akan diselenggarakan, tim akhwat dan sebagian ikhwan mengurus pendistribusian donasi sedangkan sisa anggota tim ikhwan menulis doa-doa dan menghias mading untuk ditempel di dinding mushola Untuk acara ini kami mempunyai beberapa ide, yaitu..
Sebetulnya tim akhwat sudah mendiskusikan dan membuat rundown dengan dampingan Tante Iing dari jauh hari untuk kegiatan interaktif bersama anak-anak di TPQ nanti. Namunn.. karena berbagai faktor yang tidak terduga dan tidak sesuai ekspektasi kami.. (seperti ada anak yang menangis, keributan, anak-anak yang butuh waktu lama untuk mengerti bagaimana cara bermain, ada juga pasif dan hanya mengerti bahasa jawa, cuaca mendung dan tidak mendukung untuk permainan outdoor dan masih banyak lagi) akhirnya kami memutuskan dari 4 games yang akan kami adakan, kami hanya memilih ice breaking Sambung Kata dan Tebak kata. Kami ber-12 mengadakan briefing singkat dan agak buru-buru karena kami harus tiba di lokasi sebelum jam setengah 4 atau anak-anak yang sudah menunggu sejak jam 3 sore akan kembali pulang ke rumah. Kami langsung menuju Mushola Ngelo dan mengangkut sebagian donasi kami, karena mobilnya tidak cukup untung menampung 12 anak sekaligus donasi maka tim kami berangkat secara terpisah bergantian. Penkondisian peserta, menunggu anak-anak TPQ yang lain bergabung, pembukaan dan perkenalan panitia membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan, sehingga rundown kami agak molor dan kami sempat briefing mendadak di tengah kegiatan untuk mengkondisikan situasi dan mencari solusi agar acara ini bisa selesai jam 5. ice breaking Sambung Kata ternyata juga memakan waktu lebih dari yang sudah dijadwalkan, sehingga progress kami melambat dari rencana awal. Pelaksanaan kegiatan ini awalnya agak kacau, tetapi kami berhasil untuk mengembalikan mood ceria dan game Tebak kata bisa diselesaikan. Pembagian hadiah, donasi baju dan Qur'an langsung menyusul setelah games selesai, kami juga menempelkan mading ikhwan di depan masjid supaya nantinya bisa terlihat anak-anak ketika memasuki masjid, mading ini berisi 3 doa pendek-pendek. 2 Juli 2023 - Minggu
Hari ini kami akan pulang ke rumah masing-masing 7/5/2023 0 Comments Hari 4 - Nyaman30 Juni 2023 - Jumat Hari berlangsung seperti hari ke-2, membantu mbah-mbah saat pagi hari dan mengajar TPQ saat sore hari Aku setim dengan Keya dan didampingi Kak Dinda mengunjungi kediaman Mbah Sarmi, Kami sudah mulai terbiasa dengan keseharian selama di Nglutung, dan hari ini cuaca mendukung kami untuk berjalan-jalan di pedesaan yang asri Mbah Sarmi berumur sekitar 68 tahun, kegiatan sehari-harinya adalah mengurus keponakan-keponakannya yang tinggal di sebelah rumahnya karena tidak mempunyai anak, mencari kayu bakar dan rumput untuk makanan kambingnya, alhamdulillah beliau tidak sependiam Mbah Harmi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan senang hati. Rumah Mbah Sarmi dekat dengan rumah Tante Elok, jadi kami tidak perlu diantar dengan kendaraan dan sampai hanya dengan berjalan, kondisi jalan sepanjang desa agak menyedihkan, banyak genangan air dan batu batu, bagian jalan di depan desa sudah direnovasi dengan cor beton sehingga lumayan nyaman dilewati sepeda motor atau mobil. Rata-rata rumah di desa tidak menggunakan pagar, bangunannya rendah disesuaikan dengan tinggi penghuninya, sehingga sering kali aku dan Keya mengaduh terantuk atap yang tingginya lebih rendah dari kami, terutama atap di kandang kambing. Kami berjalan cukup jauh dari kediaman Mbah Sarmi ke arah hutan dimana kami akan mengumpulkan kayu bakar dan rumput untuk makanan kambing, cuaca yang cerah membuatku teringat dengan film-film dari Studio Ghibli, jadi mood-ku meningkat lumayan baik :) Kami ikut membantu Mbah Sarmi mengurusi kambing dan memotong rumput, butuh sekitar satu jam setengah untuk pulang pergi dan membantu Mbah Sarmi. Alhamdulillah kami disuguhi teh botol dan tape buatannya sendiri begitu selesai dengan pekerjaannya, sayang kami tidak diberi kesempatan untuk memotong kayu karena kami masih kecil. Kami juga makan siang dengan daging kurban yang dibagi kepada Mbah Sarmi kemarin, rasanya enak sekali! Mbah Sarmi dulunya adalah penjual lauk pauk di warung, jadi tidak heran bila masakan-masakannya lezat. Tersisa 1 jam dan kami sudah menyelesaikan semua pekerjaan dan daftar pertanyaan kami sudah habis, akhirnya aku, Keya dan Mbak Dinda melihat-lihat foto teman-teman yang lain di rumah Mbah masing-masing, saling bertukar nomor dan cerita, dan juga mengisi sisa waktu dengan mengobrol dengan Mbah Sarmi. Dokumentasi kelompok lain di rumah mbah Malam itu kami disuguhi durian oleh ustadz yang kami bantu kurban kemarin
Sayang sekali aku bukan pecinta durian... 7/5/2023 0 Comments Hari 3 - Kambing dan Sapi29 Juni 2023 - Kamis Hari ini kami harus bersiap-siap dari fajar, karena kami tidak akan berkurban di desa ini melainkan di sebuah pesantren di luar desa yang jaraknya lumayan jauh dan memakan waktu untuk pergi kesana. [Jam 3 pagi] Langit masih gelap, desa tertidur sembari diliputi dinginnya malam, kami harus bangun dan segera bersiap-siap dengan baju hari raya dan harus sudah standby di teras dan naik mobil ke pesantren dan sholat subuh setelah azan. Kami naik mobil bersama Tante Elok dan Om Lilik, jalanan di Desa rata-rata tidak memiliki penerangan, sehingga hanya lampu sorot mobil yang memandu kami melihat jalan Desa masih tertidur, agak seram juga bila dipikir-pikir melihat jarangnya penerangan dan rata-rata penduduk desa tinggal sendiri dan jauh dari tetangga, Tante Elok juga bercerita bahwa di Desa pun ada juga dukun dan peramal. Langit mulai terlihat agak terang pada jam 5, kami melewati banyak sawah dan ladang pertanian, langit perlahan berubah menjadi biru, semakin terang setiap menitnya. Kami tiba di lokasi sekitar jam 6 bersama para ustadz di pesantren ini. Di luar dugaan, ternyata pesantren ini belum sepenuhnya jadi, sehingga kami merayakan idul adha di gedung konstruksi, baju hari raya-ku terpaksa kotor karena gerimis dan becek daerah konstruksi dan kerikil. Tapi tak mengapa, aku tidak jadi basah karena keringat mengingat dinginnya Tulungagung di pagi hari hampir mirip dengan Malang. Setelah sholat idul Adha dan sarapan, kami berkumpul di rooftop bersama imam sholat idul adha tadi untuk diberikan wawasan tentang Hari Raya dan cara berkurban yang benar. Hari itu terasa dingin bekas hujan semalam, embun menyelimuti rumpun, langit tetap kelabu meski kondisi terasa kurang nyaman, kurban tetap dilaksanakan saat kami sarapan dan bersiap-siap, sudah ada dua kambing yang di gantung untuk dikuliti, sampailah giliran sapi disembelih Setelah sapi selesai di sembelih, kami pun ikut membantu bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memotong, mengiris, menimbang, membungkus dan masih banyak lagi Kondisi lapangan saat itu sangat becek dan cuaca tidak menentu selama kami bekerja, kadang gerimis lalu disusul hujan, kemudian cerah dan dihalangi awan, sehingga baju kami semua kotor dan basah. Tak mengapa, setelah kami selesai membantu, kami dihidangkan semacam gulai sapi dan ikut mengantarkan potongan-potongan daging ke rumah warga setempat, makan siang terasa sedap dan nikmat karena kami semua kelelahan dan energi kami terkuras Kami bergotong royong membantu satu sama lain. Ikhwan dan akhwat sama-sama bahu-membahu membantu berkurban. Tugas kami beragam, mulai dari menguliti sapi dan kambing, menyisihkan lemak dari daging.. Memetik dan mengumpulkan daun jati guna membungkus daging.. Dan membagi bagi daging sama rata. Alhamdulillah, pekerjaan kami selesai juga! Sebagian daging dibungkus satu-satu dan di bagikan kepada warga setempat, diberikan baik yang berpapasan dengan kami di jalan maupun yang tinggal di rumah menunggu hujan reda 7/5/2023 0 Comments Hari 2 - Menyiapkan diri28 Juni 2023 - Rabu Hari ini adalah hari pertama kami akan beraktivitas di Desa Nglutung, rundown dan teknis acara sudah kami diskusikan dan dibahas di malam sebelumnya Pagi, jam 7, kakak-kakak pendamping sekaligus tetangga-tetangga Tante Elok datang, dalam rangka menemani kami selama di rumah mbah dan juga sebagai pendamping kami, mengantar kami ke rumah mbah-mbah, mengajak kami untuk berkomunikasi dan juga penanggung jawab dokumentasi selama kegiatan berlangsung ada kurang lebih 5 kakak pendamping, yaitu Kak Yuni, Kak Dinda, Mas Davin, Mas Redy dan Mas Hendry, mereka semua umurnya sudah diatas kami Pada hari pertama kami tidak langsung di drop di rumah mbah-mbahnya, sebagian dari kami diantar dengan mobil dan motor, perjalanan kami agak berliku-liku. Hari ini aku setim dengan Dzikri dalam perjalanan mengunjungi kediaman Mbah Harmi didampingi oleh Kak Dinda, jujur aku agak gugup begitu tiba dan bertemu Mbah Harmi secara langsung, tetapi aku tetap memberanikan diri untuk bertanya dan berkomunikasi meskipun bahasa jawaku kacau dicampur bahasa krama dan ngoko. Dibantu Kak Dinda dan google translate (hehe), akhirnya kami bisa bertanya beberapa hal tentang kehidupan Mbah Harmi, misalnya tentang foto yang beliau pajang di ruang tamu, kegiatannya sehari-hari, berapa anak dan cucunya, untuk apa daun cengkeh yang dikumpulkannya, berapa umur beliau dan seterusnya. "asmanipun sinten mbah?" "..asmanipun Mbah Harmi" "yuswanipun pinten mbah?" "umurku wolung dasa.." Mbah Harmi tinggal sendiri, beliau sudah sepuh dan umurnya sudah melewati angka 80, kurang lebih tahun ini beliau berumur 82, untuk seseorang se-sepuh Mbah Harmi, beliau bisa terhitung cekatan dan kuat, tidak memakai tongkat untuk menopang dirinya. Rumah beliau hanya berupa sebuah rumah kecil yang penerangan lampunya hanya ada di bagian dapur belakang, beliau tidak mempunyai kamar mandi, yang ada di halaman belakang hanyalah bak air dan beberapa ember guna Mbah Harmi membuang hajat, mandi, mencuci baju dan sebagainya. "sabendintenipun kegiatanipun napa mawon mbah?" "..mecabuti godhong cengkeh" Mata pencaharian Mbah Harmi adalah mencari daun cengkeh dan mengumpulkannya dalam karung-karung untuk dijual, kegunaan daun cengkeh ini antara lain dijadikan minyak urut, kosmetik, bahan makanan dan minuman, parfum dan keperluan farmasi. (dilansir dari : https://regional.kompas.com/read/2012/05/07/13024933/~Regional~Indonesia%20Timur.) Awalnya aku mengira hanya bunga dan buah cengkeh sajalah yang berkhasiat dan digunakan sebagai herbal ataupun rempah, tetapi ternyata daun cengkeh yang layu pun bisa berguna, kalau daunnya dirobek samar-samar akan muncul harum cengkeh. Lokasi mata pencaharian Mbah Harmi sedikit jauh dari kediamannya, pohon-pohon cengkehnya berada tepat di samping ladang jagung dan ladang telo Alhamdulillah hari itu mendung dan hujan gerimis sehingga hawanya tidak terasa terlalu panas dan tetap sejuk dengan angin yang sepoi-sepoi Untungnya hari itu aku tidak memakai baju yang repot digunakan, tanahnya sangat becek dan kami harus hati-hati menghindari lubang-lubang supaya tidak terinjak, yang nantinya akan ditanami dengan biji jagung. Mbah Harmi bukanlah tipe orang yang banyak bicara, selain karena faktor usianya yang sudah sangat sepuh dan pendengaran yang kurang jelas, tidak banyak topik yang bisa kami bicarakan, semua bahan pertanyaan sudah habis sejak jam pertama kami membantu Mbah Harmi di ladang mencabuti dan memunguti daun cengkeh, sementara kami harus tetap berkomunikasi dan membantu sampai jam 12 siang, 3 jam setelah kami tiba di tempat tinggal Mbah Harmi. Karena kehabisan bahan bicara, akhirnya aku dan Dzikri memutuskan untuk menulis pengalaman kami dalam bahasa jawa (yang juga campur antara krama dan ngoko) di catatannya untuk diceritakan saat refleksi ulang nanti malam bersama Tante Elok Hari itu ada penebangan pohon tepat di sebelah rumah Mbah Harmi, karena itu kami memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu dengan membantu mengumpulkan ranting dan dahan untuk dijadikan kayu bakar nantinya, kayu-kayu tersebut masih basah karena hujan kemarin, jadi harus dijemur sampai benar-benar kering baru bisa dibakar. Potret kelompok lain bersama mbah yang akan dibantu hari itu 28 Juni 2023 - Petang harinya...
Kami pergi untuk mengajar TPQ di Mushola Wotgalih Etan 7/4/2023 1 Comment Hari 1 - keberangkatan27 Juni 2023 - Selasa Setelah mendapat pembekalan selama kurang lebih 5 bulan sebelum keberangkatan kami ke Desa Nglutung di Tulungagung, akhirnya hari H telah tiba. Semua peserta KJI di Jawa Timur dan beberapa teman lain sepakat untuk pergi ke Tulungagung menggunakan kereta lokal dan berkumpul di stasiun Malang, dengan rute Malang - Blitar dan dari Blitar transit ke Tulungagung. Aku dapat kursi sebelah dengan Keya dan Aqila, sedangkan teman-teman yang lain mendapat kursi di sebelah, Taqiyya duduk bersama teman-teman ikhwan, dan dzikri terbang dengan pesawat menyusul di gerbong lain. Situasi agak hectic karena kami harus siap-siap di stasiun pagi-pagi sekitar jam 7, dan aku hampir kelewatan kereta karena saking panik dan harus menyiapkan segala hal, apalagi waktu itu situasi mendung, tapi alhamdulillah sampai disana selamat dan sejahtera :) Berikut adalah potret beberapa dari kami sebelum berangkat, ada aku, Adit, Taqiyya, Keya, Azzam dan Bintang :D Singkat cerita, aku dan teman-teman akhwat lainnya bisa berkenalan dan berteman baik selama kami di kereta bersama, cuaca masih mendung, tapi alhamdulillah keretanya tidak terlalu dingin Sudah lama sekali aku ingin naik kereta, terakhir aku naik kereta itu sekitar 2019, sebelum pandemi, aku paling senang mendengarkan suara kereta yang melewati rel, orang-orang yang mengobrol berdesak-desakan di sebelah, dan juga suara peluit kereta dan melihat berbagai pemandangan dari jendela kereta.. Foto berlima! Keya, aku, Aqila, Dzikri dan Taqiyya Kami sampai di stasiun Tulungagung sekitar 3 jam setelah kami masuk ke kereta, kami bertemu dengan peserta lain, 12 anak, 7 ikhwan dan 5 akhwat (yang ikhwan Azzam, Bintang, Ismail, Radit, Farras, Syams, Hamzi) dan sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah orang tua asuh kami di Nglutung, yaitu Tante Elok dan Om Lilik bersama anak mereka, Hasan, kami memutuskan untuk makan siang dan sholat dhuhur dulu Kami mengajak Dzikri untuk mencoba Es Degan (Dzikri nggak tau istilah degan, baru ngeh ternyata itu nama lain untuk es kelapa muda) dan makan siang dengan bakso. Tim ikhwan sudah di briefing duluan untuk kegiatan ketika hari H dan 5 hari kedepannya, jadi Tante Angga dan Bu DK membriefing tim akhwat dan menjelaskan berbagai pembagian kelompok, kondisi mbah-mbah disana dan juga menasihati kami Butuh sekitar 2 jam untuk pergi ke rumah Tante Elok yang ada di bukit di Desa Nglutung, melewati berbagai jalan berkerikil dan bolong sana-sini, akhirnya kami semua berkumpul dan bergegas mengangkut dan merapikan barang-barang kami di kamar, kamar ikhwan terletak di bawah dan kamar akhwat ada di lantai 2 Untuk mencairkan suasana di hari pertama ke-12 peserta KJI LIVE IN bertemu, Om Rian mengajak kami bermain games dan merefleksi ulang tujuan kami datang kesini, Tante Elok juga bercerita tentang keadaan disana beserta keadaan mbah-mbah yang sudah sepuh. Aku senang bisa get along dengan teman-teman yang baru bertemu secara offline hari itu, ekspektasi awalku adalah aku tidak akan diterima dengan tangan terbuka dan akhirnya terpaksa menyendiri, ternyata mereka juga anak-anak yang seru diajak mengobrol dan berkegiatan bersama! Ada banyak kesamaan dari diri masing-masing, dan kami juga memahami kondisi setiap teman-teman kami, membangun hubungan bonding dan juga persahabatan yang erat
|